Jumat, 19 Agustus 2011

Pentingnya Persepsi

 Ada sebuah sekolah, yayasan, memasang iklan, dibutuhkan guru yang istimewa, guru teladan, guru yang cinta anak-anak yang berdedikasi tinggi, akan mengajar sebuah kelas khusus. Dan guru ini ditawarkan fasilitas yang lebih, tunjangan yang lebih, gaji yang lebih. Maka alkisah ada seorang guru yang merasa dirinya guru terbaik, dia merasa bahwa saya adalah orang yang penuh pengabdian. Maka dia melamar untuk posisi tersebut. Dan benar dia diterima dan mendapat gaji yang lebih daripada yang lain.
Maka mulailah dia mengajar kelas khusus itu. Dan sebenarnya kelas khusus itu adalah kumpulan anak-anak nakal. Dikumpulkan dalam satu kelas tersendiri. Dan guru benar-benar mulai menjumpai bahwa kelas ini tidak bisa diatur. Setiap hari anak pindah kursi, pindah tempat duduk, berganti-ganti secara acak. Kalau dia menulis dipapan tulis, maka dia mulai menjumpai ada beberapa pesawat terbang dari kertas beterbangan. Kalau dia menjelaskan maka selalu ada yang mengajak berdebat karena ini adalah kumpulan anak-anak yang suka berdebat.

Si guru sempat bingung bagaimana menangani anak-anak ini, sampai suatu ketika dia mendapat daftar nama dari kepala sekolah. Dan dia manggut-manggut karena dia menjumpai di samping setiap nama anak dia menjumpai angka-angka besar. Ada angka 120, 130, 117 paling kecil 111. Oh, si guru mulai menyadari pantas anak itu aktif luar biasa. Pantas anak itu suka berdebat. Pantas anak itu ada saja idenya ingin selalu pindah tempat duduk. Pantas anak itu selalu ramai. Karena mereka adalah kumpulan anak-anak dengan IQ tinggi. Begitu beragam IQ mereka minimal 111. Si guru menyadari bahwa anak-anak itu IQ-nya tinggi, maka dia mulai memperlakukan mereka seperti anak-anak ber-IQ tinggi.

Seperti yang dia mengerti, dia sadari dari daftar nama yang dia dapat dari kepala sekolah. Dia mulai mengajar dengan sistem untuk anak-anak IQ tinggi. Dia mulai membagi kelompok-kelompok, Dan setiap kelompok anak belajar, kadang-kadang dia memberi kesempatan memilih. Mau belajar apa hari ini? Sehingga setiap anak akan belajar seiring ritme phisikologinya, kalau kita mau menyebut istilah ritme phisikologis dia lagi mood belajar bidang apa di hari itu. Setiap akhir bulan si guru akan mengevaluasi beberapa mata pelajaran belum dipilih dikelompok ini, maka dia akan mengarahkan kelompok itu untuk belajar hal itu. Sehingga setiap anak akan belajar dengan senang,Dia mulai menggilir anak-anak yang suka berdebat ini, maju kedepan untuk presentasi, sedangkan yang lain diperbolehkan mendebat. Dan kalau guru melihat, bahwa yang disampaikan kurang, maka dia akan menambahi materinya sehingga anak-anak belajar secara aktif. Sekarang dikenal dengan actif learning.

Singkat cerita setahun kemudian, ketika ada kenaikan kelas maka kepala sekolahnya dibuat terkejut. Bahwa para juara muncul dari kelas ini dan kelas itupun rata-rata nilainya lebih dari yang lain. Si guru dipanggil dan ditanya oleh kepala sekolah. Apa yang kamu lakukan untuk anak-anak nakal itu, sehingga mereka menjadi pandai. Si guru keheranan dan bertanya kepada kepala sekolah.”Kenapa bapak tanyakan itu? Kenapa bapak tanyakan apa yang saya lakukan sehingga mereka menjadi pandai. Bukankah mereka anak-anak pandai? Kepala sekolah menggelengkan kepala. Mereka bukan anak pandai, mereka anak nakal dan bodoh. Bahkan beberapa terbelakang. Tapi Pak, saya melihat daftar nama yang bapak berikan IQ mereka tinggi-tinggi. Kepala sekolah menggeleng lagi.”IQ ? IQ yang mana? IQ mereka di bawah rata-rata.

Tapi bapak memberikan daftar kepada saya daftar nama dengan nomor angka disebelahnya semuanya tinggi-tinggi paling kecil 111. Dan kepala sekolah berkata ”itu bukan daftar IQ, itu nomor kursi mereka. Karena kalau tidak diberi nomor kursi, mereka akan selalu pindah. Kelas ini adalah kelas nomor 6 di sekolah ini tentu nomornya tinggi-tinggi. Karena itu adalah kelas terakhir dari sekolah ini. Itu bukan daftar IQ itu daftar nomor kursi.
Sudah terlanjur. Gurunya berfikir bahwa mereka pandai-pandai. Sudah terlanjur selama 1-2 tahun mereka diperlakukan seperti orang pandai. Satu tahun 12 bulan, 30 hari sebulan, 4 minggu, 6 jam sehari mereka diperlakukan seperti orang pandai. Ketika mereka diperlakukan seperti orang pandai, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan maka itu menjadi sebuah terapi yang luar biasa. Si anak pun sering disebut gurunya kalian ini orang-orang istimewa dengan IQ tinggi maka anak mulai menilai IQ-nya tinggi. Dia dinilai IQ-nya tinggi, diperlakukan seperti orang IQ-nya tinggi, diberi kesempatan berbicara maka ternyata itu membuat mereka menjadi seperti itu. Dari kisah ini saya belajar bahwa persepsi pendidik, persepsi orang tua, itu sangat penting. Karena itu untuk mendidik anak, membangun anak.

Pertama kita membangun persepsi tentang mereka. Kalau kita persepsikan anak itu pandai dia jadi pandai. Kita yakin dia pandai, menjadi pandai. Engkau persepsikan pasanganmu orang yang baik, engkau perlakukan dia seperti orang baik-baik dia akan menjaga persepsi itu dia menjadi orang baik. Karena dia menjaga imagenya menjadi orang baik dia tidak mau mengecewakan persepsi orang. Memang kadang tidak terjadi seperti itu tapi mayoritas bisa terjadi seperti itu. Bahkan waktu kalau cukup panjang akhirnya membuktikan bahwa prinsip ini terjadi. Persiapkan anak-anak generasi baru yang sukses dengan memperlakukan mereka selayaknya, sewajarnya, bahkan memperlakukan mereka dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar