Senin, 15 Agustus 2011

Kemurahan Allah di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana Allah memuliakan semua hamba-Nya. Kemuliaan dilimpahkan oleh Allah ke atas langit dunia, tinggal menunggu siapa-siapa yang sudi meraihnya. Siapa yang mau berusaha menggapai rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka, tentu bisa menggenggam kemuliaan itu.
Baik muslimin maupun muslimah sama-sama berpeluang meraih segala keutamaan Ramadhan. Kendati kaum Hawa lebih banyak bergiat di rumah daripada kaum Adam, sesungguhnya tak ada beda pahala yang disediakan Allah bagi keduanya.
Meski terkadang para muslimah harus batal shaum karena `kedatangan tamu`, tetap saja tak mengurangi jamuan Allah di bulan yang suci ini. Pahala mereka ketika meng-qadha shaum Ramadhan-nya yang terpaksa batal, sama saja dengan pahala yang disediakan Allah pada syahrur-ramadhan, padahal qadha shaum itu tentunya dilakukan diluar Ramadhan. Malah pada hakikatnya pahala tersebut bisa berlipat-ganda, bila `kedatangan tamu` itu membuatnya ridha dan tidak berkeluh kesah, menjadi iri terhadap kaum lelaki atau sesama jenisnya yang ditakdirkan belum atau tidak `kedatangan tamu.`
Sesungguhnya Allah telah memudahkan kaum Hawa, dalam beribadah kepada Allah dan melayani kaum kerabatnya selama bulan Ramadhan. Pahalanya bisa berlipat-lipat, dan caranyapun sudah sangat disederhanakan, menurut ketentuan dalam Al Qur`an maupun hadits. Setidaknya untuk urusan persiapan buka dan sahur, untuk urusan i`tikaf pada sepuluh hari terakhir, peluang muslimah untuk meraih pahala lebih besar, sedang teknisnyapun lebih mudah ketimbang syarat yang harus dipenuhi oleh setiap lelaki muslim.
Untuk perkara buka shaum ataupun sahur, para ibu atau istri, pada khususnya, menjadi andalan suami dan anak-anaknya. Tugas mereka adalah menyediakan, menyiapkan, memasakkan hidangan untuk suami dan anak-anak, untuk buka shaum ataupun bersantap sahur. Ganjaran Allah untuk para ibu dan para istri yang sigap menyiapkan penganan untuk mereka yang berpuasa itu, termaktub dalam hadits yang di-shahih-kan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam Baihaqi. Bunyi haditsnya adalah : Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang didalamnya (bulan Ramadhan) memberi ifthar kepada orang berpuasa, niscaya hal itu menjadi (sebab) ampunan dari dosa-dosanya, dan pembebasan dirinya dari api neraka." Sedang syarat mendapat pahala yang dimaksud dalam hadits ini cukup dengan memberi sebutir kurma, bisa dibayangkan betapa besar pahala yang dilimpahkan oleh Allah terhadap kaum perempuan, yang biasanya berupaya menyediakan hidangan buka shaum dan santap sahur yang lebih istimewa, ketimbang bulan-bulan diluar Ramadhan.
Untuk urusan i`tikaf pada sepuluh hari terakhir, kaum wanita cukup melakukan ibadah di mushola atau tempat ia biasa shalat didalam rumahnya. Di tempat ia biasa shalat dan bermunajat kepada Allah itu, kaum Hawa disunnahkan untuk memperbanyak ibadah dan taqorrub kepada Allah SWT , seperti shalat, membaca al-Qur`an, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar, shalawat kepada Nabi SAW, do`a dan sebagainya. Meskipun begitu, bukan berarti seorang muslimah tidak boleh ber-i`tikaf di masjid.
Ketentuan i`tikaf di mushola rumah itu tidak berlaku bagi kaum pria. Sebagaimana Rasulullah SAW telah mencontohkan, menyimak penyebab batalnya i`tikaf, yaitu : "Meninggalkan masjid dengan sengaja tanpa keperluan."(Panduan I`tikaf, Keluarga Masyarakat Muslim Indonesia, Jepang), maka kaum pria dikatakan sedang ber-i`tikaf disaat ia berdiam di masjid, bukan dalam mushola rumah. Bila kaum Hawa bisa meraih pahala seribu bulan cukup dengan ber-i`tikaf dalam mushola rumahnya, maka kaum Adam mesti melakukan i`tikaf di masjid untuk mendapatkan malam lailatul qadr. Demikianlah ketentuannya.
Kesempatan ibadah, peluang partisipasi serta janji ganjaran yang Allah limpahkan terhadap kaum Hawa di bulan Ramadhan ini, nyata sedemikian besarnya. Dari ganjaran untuk persiapan ifthar dan kemudahan kaum Hawa dalam mendapatkan `malam seribu bulan`, nyata betapa Maha Pemurah-Nya Allah, khususnya terhadap kaum perempuan. Semoga kaum perempuan sudi merenungkan hikmah dibalik kemurahan-Nya itu, serta makin bersemangat dalam meraih keutamaan-keutamaan ibadah lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar