Rabu, 09 Maret 2011

Bekerja dengan hati....

Beberapa hari yang lalu saya mengikuti pembinaan dari kepala sekolah  di mana saya bekerja. Beliau memberikan pesan-pesan yang cukup mengena sampai saya terilhami untuk memulai tulisan pertama saya di blog ini. 
Bekerjalah sebaik-baiknya tidak usah mengharap pujian atau imbalan materi yang berlebihan, dedikasi kita dimanapun kita bekerja tentu akan menjadikan prestasi bagi diri kita sendiri dan akan menjadikan aset jangka panjang. Andaikan karena sesuatu hal kita harus bekerja di tempat lain, kita akan mudah diterima di tempat yang baru...tidak usahlah bermimpi untuk mengubah orang lain sesuai kehendak kita, cukuplah kita mengubah diri kita sendiri menjadi lebih baik dan berusaha untuk tidak menyulitkan orang lain ... bahkan kalau bisa, kita akan selalu melancarkan pekerjaan orang lain ... berusaha bersikap adil dan tidak curang pada orang lain...
****
Lihatlah kisah ini ...
Seorang penjual buah membeli satu kilogram beras dari seorang petani. Si petani menjamin, jika berasnya tidak enak maka uang boleh kembali. Sampai di rumah, penjual buah curiga bahwa beras yang dibelinya tidak benar-benar seberat satu kilogram.
Segera ia timbang beras itu. Benar saja, hanya 800 gram. Yakinlah ia bahwa si petani telah berlaku curang. Dengan marah ia melaporkannya ke Kepala Desa.
"Bapak punya timbangan untuk menjual beras?" tanya Kepala Desa kepada petani.
"Tidak, Pak" jawab si Petani.
"Lho, bagaimana Bapak menimbang beras yang dijual ke penjual buah ini?"
Petani itu menjawab, "Mudah saja, Pak. Saya memakai sekilogram buah yang saya beli dari tukang buah itu sebagai penyeimbangnya.
Si penjual buah ketiban malu karena sikapnya sendiri.
****
Dari ilustrasi di atas kita dapat ambil kesimpulan, si penjual buah telah memborong tiga sikap melemahkan diri sendiri yang sangat berbahaya dalam bekerja, yaitu mudah marah tanpa instropeksi, tergesa-gesa, dan tamak. Inilah yang kerap menjadi biang keladi ketidakbahagiaan kita dalam bekerja.
Banyak orang mengeluh pekerjaannya sangat tidak menyenangkan, bekerja tidak profesional, bahkan ada yang selalu bekerja dengan takaran kompensasi uang...jauh dari rasa ikhlas...
Sesungguhnya tanpa sadar kita sering "menghukum" orang lain tanpa berpikir kitapun sering melakukan hal yang sama. Si penjual buah menganggap si petani curang. Padahal ia tak ubahnya dengan si petani, curang dalam menimbang.
Menghukum orang lain tanpa instropeksi diri, bisa jadi karena akibat ketamakan dan ketergesaan kita, itu adalah poin pertama.
Kedua, ketika kita membiasakan diri akrab dengan seseorang yang dirasa senasib sepenanggungan, padahal ia mempunyai sikap-sikap "melemahkan", dijamin tak lama lagi kita akan menjadi orang yang tidak puas dalam banyak hal. Kita menjadi tergerak untuk meluruskan orang, sementara diri kita sendiri tak pernah diluruskan. Kita bersikap tidak adil pada orang lain...
Poin ketiga adalah menempatkan pekerjaan dan ibadah berjalan seiring. Tentu sangat wajar bila kita mengharap gaji, namun jangan sampai hanya itu yang kita niatkan.
Renungilah, ketika kita memberi pelayanan kepada orang lain, banyak orang yang lega karena masalahnya terselesaikan. Ketika kita menyebar informasi bermanfaat, tak sedikit yang mampu mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Atau, ketika kita bertugas menjaga keamanan, banyak orang terselamatkan karena kerja kita....
Inilah ibadah dalam bekerja. Jika dilakukan dengan semangat memberi manfaat kepada orang lain, nilainya beribu-ribu kali lebih tinggi dibanding gaji yang kita terima. Jariyahnya akan terasa sampai ke liang kubur.
Tidak hanya itu, kepuasan pelayanan yang kita berikan akan menjadi pemicu datangnya rejeki lain untuk kita, mungkin tidak dari tempat kita bekerja. Berapapun gaji yang kita terima, besar atau kecil, kitalah yang mampu memaknai dan merasakan kenikmatannya.


@ untuk anak-anakku eva n salma, hidup ini menjadi lebih indah karena kalian berdua...
@ untuk mas birin ... pendamping hidupku, pemberi semangat, inspirasi, pemilik hati yang seluas samudra...kukan slalu mencintaimu...
@pak rustanto dan meutia geumala...trimakasih motivasi dan inspirasinya
@bu masnah, bu ruamah, bu rojinah... teman-teman berbincang yang menyenangkan dan saling koreksi...thanks...
@segenap rekan di SMA 1 Sragi....teman-teman yang aku sayangi...


2 komentar:

  1. Bagus bu tulisannya, trims infonya, mudah - mudahan kita diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk mengoreksi diri kita sendiri sebelum mengoreksi orang lain.Semoga sedikit demi sedikit kita bisa berubah menjadi lebih baik dan tidak merepotkan orang lain.

    BalasHapus
  2. Bagus Mbak Yanti,Kita akan memulai dari diri kita ,hati kita dan untuk hati orang lain,.........
    Memang pekerjaan apapun adalah sangat mulia apalagi sebagai pendidik Siswa, Kita ingat sekelibat ketika kita belajar di SD,SMP, dan SMA mereka ini semua Bapak/Ibu guru kita yang dengan Iklas mengantarkan kita.Begitu juga Mbak Yanti dan rekan seperjuangan sangat mulia........salam

    BalasHapus